|
Dokumen Pribadi | |
Bismillah, semoga Allah senantiasa melindungi aku dan kamu baik ketika terang maupun ketika redup. Semoga kita selalu mendapat petunjuk dan hidayah-Nya dimanapun dan kapanpun. Semoga kehidupan kita senantiasa terus hidup dan bermanfaat. Aamiiin.
Mengabdi adalah sebuah kata yang penuh akan makna. Mengabdi karena kita memiliki idealisme yang membuat diri ini melakukan sesuatu yang penuh akan makna. Tanpa pamrih, mengesampingkan hal-hal lain, bahkan yang realistis sekalipun.
Lima tahun sudah aku berkelana mencari sesuatu yang aku anggap dapat menjadi solusi bagi peradaban manusia, aku berharap dapat lebih bermanfaat kepada lebih banyak orang, bahkan aku berharap dapat bermanfaat bagi kaum-kaum tertindas dan tak berdaya akan kemajuan zaman.
Tawaran kali itu sungguh merubah segalanya. Tawaran yang merubah peta hidupku 180 derajat. Apalagi dengan merebaknya virus tak terlihat, yang membuat banyak orang sekarat, termasuk mereka kaum paling bawah dan terlupakan. Aku sungguh merasa kehadiranku dapat membantu mereka, membuat mereka bangkit dan memulai sedikit demi sedikit kehidupannya.
Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa apa yang aku lakukan adalah jalan terbaik yang memang harus aku tempuh. Aku bersyukur dapat menyelesaikan kewajibanku menempuh pendidikan pasca-sekolah walaupun kalangkabut dengan idealismeku.
Aku sangat ingin bermanfaat, segala cara aku lakukan. Mengambil pendidikan sarjana padahal pendidikan sebelumnya belumlah tuntas. Belajar mengerti ekosistem melalui berbagai macam seminar dan kajian tentang hal-hal yang aku butuhkan dalam pelayanan umat. Hingga menjadi Takmir Masjid bahkan memulai dari awal menjadi santri di Pondok agar dapat mendukung diriku menjadi Amil Muda yang profesional.
Walaupun hal itu nyatanya gagal, aku tetap bangga dan bertahan. Aku bersyukur dapat menyelesaikan pendidikan D3-ku walaupun akupun haru merelakan melepas pendidikan S1-ku. Dulunya aku berhadap pendidikan S1-ku ini dapat berguna bagi organisasi mengingat posisiku yang jauh dari background pendidikanku sebelumnya.
Sadar diri akan posisiku yang mungkin bermanfaat bagi organisasi, namun mungkin belumlah penting. Aku menyadari bahwa diriku mungkin tak layak menduduki posisi ini. Terlalu berbeda dan mulai tak bisa berdinamika. Mulai berdiam diri, karna tak ada ruang untuk berkata lagi.
Hanya ada 2 pilihan yang harus diambil, apakah tetap menjadi amil yang mengurus organisasi agar terus bergerak atau menjadi muzaki seperti hastag yang terus aku tuliskan dalam setiap postingan organisasi.
Ketika menjadi amil berarti aku harus bertahan dan meningkatkan kapasitas dan validasi agar banyak orang dapat terbantu dalam menghitung dan membayar zakat. Tentunya hal ini butuh pendidikan, sertifikasi, bahkan relasi yang cukup banyak dan waktu yang lebih lama ditempuh. Ketika menjadi muzaki, berati aku harus kaya dan memiliki harta diatas ambang batas kepemilikan harta untuk dapat membayar zakat, yang hal itu disebut Nishob.
Posisiku amatlah sangat rentan, pertanyaan "apakah aku penting bagi organisasi?" terus terngiang dalam pikiranku. Aku berfikir, bila aku penting setidaknya ada sebuah kontrak yang terus dilakukan agar dapat mengikatku dengan organisasi. Namun kontrak terakhirku telah berakhir November tahun lalu.
Setelah sekian menunggu, aku mencoba berharap ada kepastian untuk posisi yang sedang aku duduki ini. Aku mencoba menyampaikan apa yang menjadi keresahanku, dan tentunya keinginan-keinginan yang aku harapkan bila kontrakku masih berjalan. Serta tak lupa, pernyataan ketika aku nantinya tidak lagi duduk diposisi itu.
Sekuat aku mencoba menjelaskan betapa pentingnya posisiku, namun bila tak ada yang mengerti usahaku dibalik itu, rasanya akan cukup sulit. Aku sudah mencoba dan berharap keputusan untuk menjadi Muzaki adalah pilihan yang tepat bagiku, sebelum usiaku menginjak umur 25 tahun.
Bismillah, aku menitipkan organisasi ini untuk kalian semoga dengan ketiadaanku organisasi dapat terus berjalan bahkan melambung tinggi menjadi rujukan bagi organisasi lain di Indonesia. Aamiiin.
Read More...